ArtisBerita Viral

5 Artis Pria Ungkap Pendapatnya soal Poligami — dari Skeptis hingga Simpati

Beritadunia.id – Topik poligami kembali mencuat di publik setelah kabar pernikahan siri yang melibatkan seorang publik figur, memantik pro dan kontra. Sejumlah artis pria pun menyampaikan pandangannya terkait poligami — ada yang menolak keras, ada pula yang memandangnya sebagai opsi, dengan pertimbangan syarat dan tanggung jawab besar. Berikut rangkuman pandangan dari 5 artis pria yang menanggapi isu ini.


🎬 Siapa Saja Mereka & Apa Katanya

Sonny Septian — “Tak yakin bisa adil”



Lewat unggahan di media sosial, Sonny Septian menyatakan bahwa memiliki lebih dari satu istri tidak serta‑merta menjamin kebahagiaan atau keadilan. Ia menekankan bahwa banyak orang belum memahami dasar spiritual dan tanggung jawab — tetapi sudah membicarakan poligami.

“Emang ada yang bisa adil? Pasti ada yang tersakiti.” — ujar Sonny, merujuk pada risiko ketidakadilan bagi istri pertama.

Menurut Sonny, ketika niat poligami hendak disampaikan, terlebih dahulu harus dipastikan bahwa seseorang sudah sanggup memenuhi kewajiban lahir dan batin secara adil — bukan semata‑mata hawa nafsu.

Irfan Hakim — Poligami bisa menyakitkan, tak sanggup adil

Irfan Hakim menyampaikan bahwa walau poligami diperbolehkan, ia tak yakin bisa memastikan keadilan dan kebahagiaan untuk satu istri apalagi dua. Ia menegaskan bahwa tuntutan adil dalam poligami sangat berat.

“Satu saja belum bisa dibahagiakan, apalagi menambah,” katanya, menolak wacana poligami.

Bagi Irfan, mengejar sunah—atau poligami—tak seharusnya menjadi alasan untuk menyakiti orang lain. Ia mengajak untuk lebih realistis dan memprioritaskan tanggung jawab terhadap istri dan keluarga.


Adjie Pangestu — Poligami bukan untuk semua, hanya jika benar‑benar dibutuhkan

Adjie Pangestu menuturkan bahwa meskipun ajaran memperbolehkan poligami, dalam praktiknya banyak penyalahgunaan. Ia mengaku bukan pendukung poligami demi alasan pribadi.

Menurut Adjie, jika seseorang hendak melakukan poligami, seharusnya dipertimbangkan dengan matang — terutama apakah benar‑benar dibutuhkan, bukan sekadar keinginan sesaat. Ia mengingatkan agar poligami tidak dijadikan alasan untuk mengeksploitasi keadaan.


Arie Untung — Hormati syariat, tapi belum siap untuk poligami

Arie Untung mengakui bahwa poligami adalah bagian dari syariat dan bisa saja menjadi jalan yang dihormati, tetapi ia merasa belum memiliki kebijaksanaan, kekayaan, dan kematangan yang dibutuhkan untuk menjalaninya.

Ia mengakui bahwa syariat bisa memuliakan wanita lewat poligami — tetapi hanya jika pria benar‑benar mampu memenuhi hak dan tanggung jawab semua istri. Karena alasan itulah, Arie memilih untuk tidak melakukan poligami saat ini.


Teuku Ryan — Buka kemungkinan, tergantung takdir dan kesiapan

Teuku Ryan mengaku sulit memberikan jawaban pasti dalam hal poligami, karena menurutnya semua tergantung takdir Allah dan kesiapan individu. Ia tidak menutup kemungkinan, tetapi juga tidak menjamin — tergantung pada kondisi, tanggung jawab, dan niat.

Menurutnya, poligami bukan keputusan sederhana; banyak aspek — baik moral, finansial, maupun emosional — yang harus dipertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan.


📌 Konteks: Kenapa Isu Poligami Kembali Ramai?

Topik poligami kembali hangat setelah kabar pernikahan siri yang menyeret nama publik — memicu perdebatan etis, moral, agama, dan sosial. Banyak pihak—termasuk publik dan artis—menyoroti apakah poligami benar‑benar bisa dilaksanakan secara adil atau hanya dijadikan pembenaran atas hawa nafsu dan kepentingan pribadi.

Sejumlah artis pria mengaku khawatir bahwa poligami bukan jaminan kebahagiaan — karena di balik status suami dengan banyak istri seringkali ada tekanan emosional, ketidakadilan, dan beban tanggung jawab besar.


💭 Catatan & Implikasi Sosial

Pendapat para artis ini menggambarkan bahwa poligami—meskipun secara agama diizinkan—bukanlah keputusan ringan atau sekadar status. Dibutuhkan kesiapan lahir dan batin, integritas personal, serta niat yang tulus untuk keadilan — bukan sekadar menjalani tradisi atau norma sosial.

Dialog seperti ini penting: membuka ruang bagi diskusi sehat di masyarakat tentang nilai keadilan, hak dan tanggung jawab, serta konsekuensi emosional dan sosial dari poligami. Keputusan untuk melangsungkan poligami sebaiknya tidak muncul dari tekanan budaya atau keinginan sesaat, melainkan kesadaran akan beban moral dan komitmen jangka panjang.


✨ Catatan: Tentang Pendapat & Hak Pribadi

Perlu dicatat: pendapat di atas adalah pandangan pribadi dari masing‑masing artis—dipengaruhi latar belakang, nilai, spiritualitas, dan pengalaman hidup mereka. Tidak ada satu jawaban tunggal tentang poligami yang cocok untuk semua orang, karena konteks kehidupan, motivasi, dan kesiapan tiap individu berbeda.

Dialog tentang poligami, dengan segala kompleksitasnya — sosial, budaya, agama, dan emosional — sebaiknya dilakukan dengan terbuka, jujur, dan penuh empati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *