Paus Leo: Negara Palestina Jadi Satu-satunya Solusi Konflik dengan Israel
Beritadunia.id – Dalam konferensi pers di pesawat saat penerbangan dari Turki ke Lebanon, Paus Leo XIV menyatakan dengan tegas bahwa pembentukan Negara Palestina adalah “satu-satunya solusi” yang realistis dan adil untuk menyelesaikan konflik panjang antara Israel dan Palestina. Pernyataan ini sekaligus menegaskan kembali posisi resmi Vatikan dalam menghadapi situasi sulit di Timur Tengah.
“Kita semua mengetahui bahwa saat ini Israel masih belum menerima solusi itu, tetapi kita melihatnya sebagai satu-satunya solusi,” ujar Paus Leo. Ia menambahkan bahwa Vatikan bermaksud untuk menjadi mediator yang membantu kedua belah pihak mencapai penyelesaian yang adil.
- Konflik Israel–Palestina telah berlangsung puluhan tahun, dengan berbagai upaya diplomatik dan resolusi internasional — salah satunya skema “solusi dua negara” (two-state solution), yaitu Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai dalam dua negara merdeka.
- Beberapa lembaga internasional dan negara telah kembali menegaskan dukungan terhadap dua-negara sebagai jalan damai.
- Bagi Vatikan — yang mewakili lebih dari 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia — dukungan ini bukan sekadar sikap politik, melainkan panggilan moral untuk keadilan, kemanusiaan dan perdamaian.
- Kunjungan Luar Negeri Perdana
- Pernyataan ini disampaikan di sela-sela kunjungan perdana Paus Leo ke luar negeri sejak terpilih sebagai pemimpin Gereja Katolik pada Mei 2025. Tur kali ini mencakup Turki dan Lebanon.
- Selama kunjungan, Paus juga berdialog dengan pemimpin dunia — termasuk Menteri dan pemuka agama di Turki — mengenai peran penting diplomasi dan mediasi dalam konflik global.
- Dialog dengan Pemimpin Palestina
- Sebelumnya, pada 6 November 2025, Paus Leo melakukan pertemuan langsung dengan Mahmoud Abbas, Presiden Palestina, di Vatikan. Mereka membahas kondisi kemanusiaan di Gaza dan pentingnya segera bantuan, serta komitmen terhadap solusi dua negara.
- Dalam pertemuan itu, disepakati bahwa upaya diplomasi dan kemanusiaan harus berjalan beriringan untuk mendesak perdamaian dan pemenuhan hak rakyat Palestina.
- Tekanan Internasional & Realitas Politik
- Meskipun gagasan solusi dua negara telah lama diusulkan oleh komunitas internasional, realisasinya terus menghadapi penolakan keras dari pemerintah Israel — termasuk dari Benjamin Netanyahu — yang menolak pengakuan Negara Palestina sebagai bagian dari kebijakan mereka.
- Dengan banyaknya penderitaan warga sipil, terutama di Gaza — dan tekanan kemanusiaan yang terus meningkat — suara tokoh agama dan negara seperti Paus Leo berpeluang membawa pengaruh moral dan diplomatik yang signifikan.
- Penguatan Legitimasi Internasional bagi Palestina
Dukungan dari Vatikan — lembaga religius global — menambah bobot moral internasional bagi upaya pengakuan kedaulatan Palestina. Ini bisa memengaruhi opini global, termasuk negara-negara netral atau pendukung perdamaian. - Tekanan terhadap Negosiasi & Diplomasi
Pernyataan ini memberi tekanan diplomatik pada semua pihak — terutama Israel — untuk mempertimbangkan kembali penolakan terhadap solusi dua negara. Vatikan memposisikan diri sebagai mediator. - Harapan bagi Perdamaian & Kemanusiaan
Dalam konflik berkepanjangan yang telah menimbulkan jutaan korban sipil, seruan Paus bisa memacu upaya diplomatik dan kemanusiaan lebih intensif — termasuk bantuan bagi penduduk di Gaza dan wilayah konflik lain.
Tantangan & Realitas yang Sulit
- Penolakan dari Israel
Meski banyak negara dan organisasi mendukung solusi dua negara, pemerintah Israel — dipimpin Netanyahu — tetap menolak pembentukan negara Palestina. Hal ini menimbulkan hambatan serius bagi diplomasi. - Fragmentasi Politik Palestina
Situasi internal Palestina — dengan perbedaan antara faksi/faksi politik, kontrol wilayah (Gaza vs Tepi Barat), serta kondisi kemanusiaan yang buruk — membuat implementasi solusi dua negara jadi kompleks. - Kurangnya Konsensus Global dan Tantangan Keamanan
Banyak negara khawatir bahwa pembentukan negara baru bisa memicu ketidakstabilan regional. Selain itu, konflik yang terus berulang dan intervensi militer membuat situasi semakin rumit.
Pernyataan Paus Leo XIV bahwa Negara Palestina adalah “satu-satunya solusi” untuk konflik Israel–Palestina bukan sekadar komentar diplomatik — ia mewakili suara moral dan spiritual dari salah satu institusi agama terbesar di dunia. Di tengah penderitaan warga sipil dan stagnasi negosiasi, dukungan Vatikan memberi harapan baru bahwa perdamaian bisa dicapai lewat jalur diplomasi, keadilan, dan penghormatan terhadap hak berdaulat suatu bangsa.
Namun, realitas di lapangan sangat menantang: penolakan Israel, kompleksitas politik Palestina, serta tekanan geopolitik global membuat jalan menuju perdamaian masih panjang dan penuh rintangan.
Jika Anda mau — saya bisa bantu membuat analisis dampak jangka panjang dari pernyataan Paus Leo ini terhadap politik internasional dan upaya perdamaian di Timur Tengah. Mau saya segera buat?

