Melody Prima Soal Merasa Jadi Trophy Wife
Beritadunia.id
🎯 Inti Pernyataan Melody Prima
Dalam wawancara terbaru yang dikutip dari media, Melody Prima menyatakan bahwa ia kerap dianggap sebagai “trophy wife” setelah menikah dengan Ilham Akbar Prawira — istilah yang merujuk pada istri yang dianggap “pajangan” atau simbol status. Namun, Melody menegaskan bahwa dirinya tidak berniat “mem-branding” sebagai trophy wife, melainkan hanya membagikan konten secara ringan.
“Aku gak niat branding juga ya. Aku posting juga untuk lucu-lucuan saja,” ujar Melody.
Melody mengakui bahwa kini ia memang merasa beruntung, tetapi itu tidak berarti ia bergantung sepenuhnya pada suaminya. Sebaliknya, ia menekankan bahwa sebagai perempuan, ia tetap ingin berdaya — menjaga kemandirian dan identitas diri.
“Iya, tapi bukan berarti aku bergantung sepenuhnya, aku sebagai perempuan juga ingin berdaya. Dulu aku berjuang sendiri, kalau sekarang ada temannya,” ucap Melody.

🔎 Latar Belakang: Siapa Melody Prima & Perjalanan Hidupnya
- Melody Prima pernah melewati periode sulit: di usia muda, ia menikah, kemudian bercerai, dan mengasuh anak-anaknya sebagai single parent.
- Meski menikah di usia muda, ia menyatakan bahwa pernikahan tersebut tetap memberinya pelajaran penting dan tidak menyesal menjalani itu — menjadikannya sosok yang mandiri dan pekerja keras.
- Kini, dengan kehidupan barunya bersama Ilham Akbar Prawira, Melody tetap berusaha menjaga keseimbangan: antara menikmati berkah — namun tetap menghargai proses, kerja keras, dan identitas dirinya.
💬 Makna Pernyataan: Trophy Wife vs Kemerdekaan Ekonomi & Personal
Pernyataan Melody membuka diskusi menarik soal stereotip “trophy wife” — terutama terkait perempuan di dunia hiburan / media sosial. Beberapa catatan penting:
- Trophy wife ≠ kebebasan finansial: Menyatakan diri “trophy wife” sering diartikan sebagai perempuan yang hidup dari suami. Melody menunjukkan bahwa status itu tak otomatis menentukan kemandirian ekonomi dan identitas.
- Konten & persepsi publik: Dengan karier di media sosial, banyak figur publik menghadapi tekanan persepsi — tentang gaya hidup, kemapanan, dan penilaian luar. Melody menegaskan bahwa unggahan bukan pernyataan status, melainkan bagian dari “konten” dan ekspresi diri.
- Perempuan & kekuatan diri: Meski berada di posisi berbeda (tersohor, menikah, mapan), Melody menyebut bahwa ia tetap ingin dihargai sebagai individu yang berdaya — bukan sekadar “aksesoris” dalam kehidupan orang lain.
📌 Reaksi Publik & Konteks Sosial
Belum banyak informasi terbuka soal reaksi publik terhadap pernyataan Melody ini — tetapi dalam beberapa kesempatan sebelumnya, perhatian publik pada kehidupan pribadinya (termasuk penampilan, materi, rumah, gaya hidup) sangat besar.
Dalam konteks masyarakat luas: wacana “trophy wife vs perempuan berdaya” terus relevan — terutama di zaman media sosial, saat persepsi dan realita kerap berseberangan. Pernyataan seperti milik Melody bisa membuka dialog penting soal norma, ekspektasi, dan kemandirian perempuan.
📝 Kesimpulan
Pernyataan Melody Prima tentang dirinya sebagai “trophy wife” bukan semata soal status — tetapi soal bagaimana ia memaknai hidup, kemerdekaan, dan identitas perempuan. Ia menolak pengertian bahwa status istri mapan otomatis menghapus kemandirian: bagi Melody, keberadaan “teman hidup” bukan berarti hilangnya kekuatan diri.
Kisah dan sikapnya menunjukkan bahwa label sosial hanyalah persepsi — yang paling penting adalah bagaimana seseorang tetap menghargai diri sendiri, bertanggung jawab, dan menjaga integritas dalam kehidupan pribadi maupun publik.
