Usai 6 Tahun Disimpan, Penerbangan Perdana Pesawat A380 Qantas Alami Slat Sayap Patah
Beritadunia.id — Kembalinya salah satu pesawat terbesar di dunia, Airbus A380 milik Qantas Airways, ke layanan komersial ternyata menemui hambatan serius. Pesawat superjumbo ini baru saja melakukan penerbangan pertamanya setelah enam tahun disimpan — namun setelah mendarat, teknisi menemukan kerusakan pada bagian slat sayap kiri, yang menyebabkan pesawat harus dijeda operasional sementara guna perbaikan komponen itu.
Insiden ini terjadi pada salah satu penerbangan rute internasional dari Sydney, Australia ke Los Angeles, AS, dengan nomor penerbangan QF11, yang dilaksanakan pada 7 Desember 2025. Pesawat A380 bertanda registrasi VH-OQC, dikenal sebagai salah satu dari 10 unit A380 Qantas yang kembali direaktivasi setelah penyimpanan panjang akibat pandemi COVID-19, berhasil menyelesaikan penerbangan dengan aman sebelum kerusakan tersebut terdeteksi oleh tim teknik saat di Los Angeles.
Latar Belakang: Kembali ke Layanan Setelah 6 Tahun
Sebelum insiden, pesawat itu baru saja mengakhiri periode penyimpanan selama hampir enam tahun — sejak maskapai menandai penurunan tajam perjalanan internasional pada awal pandemi 2020. A380 ini ditarik dari layanan, disimpan di fasilitas di luar negeri, dan menjalani proses perawatan intensif lebih dari 100.000 jam untuk memulihkan kondisi terbang dan kelayakan operasionalnya.
Program perawatan ini termasuk heavy maintenance check, pemeriksaan sistem lengkap, penggantian landing gear, serta pembaruan kabin — semuanya menjadi bagian dari persiapan untuk membawa kembali pesawat superjumbo tersebut ke armada internasional Qantas. Pesawat ini kemudian diterbangkan kembali ke Sydney pada awal Desember 2025 sebagai penanda kembalinya seluruh armada A380 perusahaan.
Pesawat yang diberi nama “Paul McGinness” itu semula direncanakan menjadi cadangan operasional (operational spare) selama musim liburan Natal dan Tahun Baru, serta akan kembali ke jadwal reguler pada Januari 2026 untuk mendukung rute seperti Sydney–Dallas/Fort Worth dan rute jarak jauh lainnya.
Detil Insiden Slat dan Dampaknya
Namun momen kebanggaan itu berubah menjadi momen teknis yang serius setelah para inspektur pesawat menemukan kerusakan pada salah satu bagian slat — komponen pada bagian depan sayap yang berfungsi meningkatkan daya angkat saat lepas landas dan mendarat. Meski bagian ini tidak secara langsung menyokong kemampuan terbang normal pada ketinggian jelajah, kerusakan pada slat tetap membuat pesawat tidak layak terbang sampai komponen diganti.
Menurut pernyataan dari pihak teknis, bagian slat dari sayap kiri ditemukan mengalami kerusakan struktur, dan Qantas langsung memberikan instruksi grounding untuk menggantinya sebelum pesawat dapat kembali beroperasi. Pihak maskapai juga menjelaskan bahwa pesawat itu mendarat tanpa insiden keamanan — sehingga tidak ada bahaya langsung bagi penumpang saat terbang.
Selain itu, beberapa penumpang dalam penerbangan itu melaporkan gangguan operasi fasilitas kabin seperti hiburan dalam penerbangan yang tidak berfungsi, lampu kabin yang tidak menyala secara konsisten, serta kursi yang beberapa tidak bisa direbahkan — meskipun Qantas menyatakan bahwa beberapa gangguan tersebut sudah diakomodasi dengan kompensasi kepada penumpang berupa flight credits atau poin loyalitas.
Respons Qantas dan Penanganan Kejadian
Maskapai Qantas telah mengeluarkan pernyataan resmi yang menegaskan bahwa slat yang rusak akan diganti di Los Angeles. Pihak maskapai menyatakan bahwa mereka telah memesan suku cadang dari Dubai, dan teknisi menargetkan pesawat dapat kembali terbang dalam beberapa hari setelah perbaikan selesai. Qantas juga menekankan bahwa dampak kerusakan slat itu tidak mengurangi keselamatan keseluruhan pesawat dalam jelajah ketinggian — yang merupakan prioritas utama dalam penerbangan komersial.
Qantas menyatakan bahwa kerusakan ditemukan setelah mendarat, dan sedang bekerja sama dengan tim teknis global untuk mempercepat perbaikan. Selama proses itu, maskapai juga memberikan kompensasi kepada para penumpang yang ikut dalam penerbangan bermasalah melalui sejumlah program loyalitas mereka.
Permasalahan Slat Airbus A380 Secara Global
Kerusakan slat pada A380 bukanlah kejadian yang sepenuhnya baru. Insiden serupa telah dilaporkan oleh operator lain di masa lalu, termasuk maskapai besar lainnya yang mengoperasikan A380. Ini memicu perhatian dinas keselamatan penerbangan Eropa (European Union Aviation Safety Agency / EASA), yang menerbitkan Airworthiness Directive (AD 2025-0270) yang mengharuskan operator memeriksa dan memverifikasi konfigurasi slat dan komponen lain sebelum komponen tertentu diizinkan digunakan di pesawat.
EASA mengeluarkan arahan ini sebagai langkah preventif terhadap potensi masalah slat pada A380 — karena data teknis penggantian suku cadang sebelumnya tidak sepenuhnya konsisten dengan katalog suku cadang terbitan Airbus. Arahan ini baru akan berlaku penuh pada pertengahan Desember 2025 — namun kerusakan ditemukan sebelum tenggat waktu implementasi, yang berarti pesawat yang bermasalah belum diwajibkan secara hukum untuk menjalani pemeriksaan ini pada saat kejadian.
Dampak Terhadap Armada dan Jadwal Qantas
Kejadian ini menjadi ujian pertama bagi Qantas setelah menyelesaikan proses restorasi dan pemeliharaan besar terhadap armada A380. Meski insiden itu memaksa grounding sementara untuk satu unit, maskapai tetap memiliki sembilan pesawat A380 lain yang telah kembali beroperasi sebelumnya, sehingga potensi gangguan layanan dapat diminimalkan.
Beberapa analis industri menyatakan bahwa meski insiden ini mengecewakan secara citra, dampaknya terhadap operasi jangka panjang diperkirakan akan minimal — terutama jika suku cadang dapat segera tiba dan dipasang. Peristiwa ini juga dapat memberikan pelajaran berharga mengenai pentingnya pemeriksaan komponen kunci selama proses restorasi pesawat besar setelah lama tidak beroperasi.
Sejarah dan Peran A380 di Qantas

Airbus A380 merupakan salah satu pesawat penumpang terbesar di dunia, dengan kemampuan membawa ratusan penumpang dalam penerbangan jarak jauh. Qantas adalah salah satu operator utama A380 sejak awal armada itu beroperasi, menggunakan pesawat ini untuk rute jarak jauh seperti Sydney–Los Angeles, Sydney–Dallas/Fort Worth, serta rute lain yang melayani perjalanan antar benua.
Armada A380 sempat ditarik dari layanan pada 2020 akibat dampak pandemi COVID-19 terhadap permintaan perjalanan internasional, menyebabkan seluruh unit disimpan ratusan ribu jam di fasilitas penyimpanan. Pengembalian bertahap armada ini menjadi salah satu milestone besar dalam strategi pemulihan maskapai Australia tersebut.
Reaksi Penumpang dan Publik
Insiden ini juga memicu respons publik, terutama dari para penumpang yang ikut dalam penerbangan bermasalah. Beberapa penumpang terkenal Australia mengungkapkan pengalaman mereka di media sosial, termasuk komentar mengenai fasilitas yang tidak berfungsi dan kekhawatiran atas masalah structural yang terlihat pada slat pesawat. Meskipun Qantas membantah core snapped off secara dramatis, peristiwa tersebut tetap menarik perhatian global terhadap kesiapan maskapai dalam mengelola armada besar pasca-pandemi.
Kesimpulan
Insiden kerusakan slat pada Airbus A380 Qantas setelah penerbangan perdana kembali ke layanan setelah enam tahun disimpan menjadi perhatian besar dalam industri penerbangan global. Meskipun pesawat mendarat dengan aman dan penumpang tidak mengalami risiko keselamatan langsung, masalah teknis ini menunjukkan tantangan yang dapat muncul setelah program pemulihan armada besar semacam itu.
Qantas berupaya memperbaiki dan menyiapkan pesawat kembali untuk operasi komersial dalam waktu dekat, sementara otoritas keselamatan seperti EASA terus mengawasi perkembangan dan memastikan standar keselamatan tetap terjaga. Insiden ini juga menjadi pengingat bahwa meskipun teknologi penerbangan modern sangat canggih, pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap komponen — terutama setelah periode lama tidak aktif — tetap merupakan hal yang krusial bagi keselamatan penumpang di seluruh dunia.

