Inggris ‘Berhemat’, Jual Properti sampai Gedung Kedubes di Luar Negeri
Beritadunia.id – Pemerintah Inggris melalui Foreign, Commonwealth and Development Office (FCDO) memutuskan akan menjual sejumlah besar aset luar negeri — termasuk gedung kedutaan, rumah dinas diplomatik, dan properti lain milik negara — sebagai bagian dari upaya penghematan & efisiensi.
Langkah ini muncul di tengah tekanan anggaran dan biaya pemeliharaan yang tinggi pada portofolio aset internasional milik Inggris, yaitu sekitar 6.500 properti tersebar di 180 negara. Nilai keseluruhan aset ini diperkirakan mencapai £2,5 miliar.
Pemeliharaan Mahal & Kerusakan Infrastruktur
Laporan resmi dari otoritas pengawas internal menunjukkan bahwa dari 6.500 properti itu, sekitar 933 unit — atau sekitar 15% — dinilai tidak aman atau tidak layak secara operasional. Banyak bangunan sudah dalam kondisi rusak, membutuhkan perbaikan serius demi menjamin keselamatan staf dan operasi diplomatik.
Perkiraan kebutuhan dana untuk memperbaiki backlog pemeliharaan mencapai £450 juta — angka yang dianggap terlalu besar untuk ditangani dalam kondisi anggaran ketat seperti sekarang.
Model Pembiayaan Tidak Lagi Berkelanjutan
Selama beberapa tahun terakhir, FCDO membiayai pemeliharaan dan kebutuhan estate-nya melalui penjualan aset besar — misalnya penjualan kompleks kedutaan di Bangkok dan Tokyo. Namun, setelah aset besar tersebut habis terjual, pemerintah menyadari strategi ini tidak lagi bisa diandalkan.
Semenjak hasil penjualan besar‑besaran tersebut, FCDO dibebani model pendanaan baru yang lebih terbatas. Anggaran tahun 2025 pun menetapkan dana tahunan jauh lebih kecil — sehingga sulit menutup kebutuhan pemeliharaan luas dari portofolio properti global.
Menurut rencana yang disampaikan — dikutip oleh media — FCDO akan:
- Mengidentifikasi aset luar negeri yang dianggap “surplus” atau “beban pemeliharaan tinggi” untuk dijual. Termasuk gedung kedutaan, rumah diplomat, dan properti penunjang di luar negeri.
- Mengurangi portofolio estate secara bertahap, dengan target efisiensi dan penghematan biaya pemeliharaan di masa mendatang.
- Potensi pemangkasan staf diplomatik dan operasional — sebagai bagian dari restrukturisasi besar, di mana beberapa posisi di Inggris diproyeksikan akan dikurangi hingga hampir sepertiga.
Beberapa lokasi dengan biaya operasional tinggi — seperti kota besar atau kawasan properti mahal — diperkirakan menjadi prioritas untuk penjualan.
Meskipun langkah ini dianggap perlu dari sisi efisiensi, ada sejumlah kekhawatiran dan potensi dampak negatif:
- Menyusutnya jaringan diplomatik luar negeri: Dengan berkurangnya gedung dan properti diplomatik, kehadiran fisik Inggris di banyak negara bisa berkurang — ini bisa berdampak pada layanan konsuler dan diplomasi global.
- Isu keamanan dan fungsionalitas: Jika aset dijual, maka residensi diplomatik dan gedung resmi akan berpindah tangan ke pihak swasta — berpotensi menimbulkan tantangan keamanan dan operasional.
- Kerugian reputasi diplomatik: Kepindahan besar-besaran aset dan pemangkasan staf bisa dilihat sebagai penurunan komitmen internasional, terutama di tengah dinamika geopolitik global.
Pemerintah menekankan bahwa penjualan aset luar negeri adalah bagian dari strategi efisiensi jangka panjang. Dengan dana terbatas dan backlog pemeliharaan besar, pengurangan estate dianggap langkah realistis untuk menjaga kelangsungan operasional diplomatik tanpa membebani keuangan publik.
Mereka menyatakan bahwa portofolio properti akan dipangkas secara selektif — prioritas diberikan pada aset-aset dengan nilai rendah atau biaya pemeliharaan tinggi — sehingga aset strategis tetap terjaga.
Langkah ini juga disertai rencana reformasi organisasi internal, termasuk efisiensi operasional, digitalisasi layanan, dan konsolidasi fungsi diplomatik agar lebih hemat anggaran.
Keputusan Inggris ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana negara-negara besar menangani beban estate diplomatik mereka di tengah tekanan ekonomi global. Beberapa implikasi yang mungkin timbul:
- Geser paradigma diplomasi: Daripada mempertahankan gedung megah di banyak negara, model diplomasi bisa bergeser ke “kehadiran ringan” — menggunakan kantor bersama, konsultan lokal, atau layanan digital.
- Tekanan terhadap layanan konsuler: Bagi warga negara Inggris di luar negeri, terutama di negara-negara dengan komunitas besar diaspora, perubahan ini bisa mempengaruhi akses layanan diplomatik, bantuan dan perlindungan.
- Dampak terhadap geopolitik: Kurangnya kehadiran fisik bisa dipandang sebagai sinyal penurunan komitmen terhadap hubungan bilateral di beberapa wilayah penting.
Rencana penjualan aset luar negeri oleh pemerintah Inggris merupakan langkah besar dan kontroversial — mencerminkan tantangan nyata dalam mengelola estate global di tengah krisis anggaran. Di satu sisi, langkah ini bisa membantu penghematan dan kelangsungan operasi diplomatik. Di sisi lain, potensi dampaknya terhadap diplomasi, keamanan, dan layanan internasional cukup besar.
Dengan pemetaan aset yang cermat dan strategi transisi yang matang, Inggris bisa menjalankan restrukturisasi ini tanpa mengorbankan posisi global. Namun, pengamat serta masyarakat internasional akan terus mengawasi bagaimana dampak jangka panjang dari keputusan ini terhadap hubungan diplomatik dan perlindungan warga luar negeri.

