Israel Gunakan Video dari Genosida Gaza untuk Pasarkan Senjata ke Negara-negara Eropa dan Asia
Beritadunia.id — Menurut laporan yang diterbitkan oleh media internasional dan diangkat ulang oleh portal berita, perusahaan-perusahaan pertahanan Israel — dalam sebuah pameran teknologi militer — memperlihatkan video dari konflik di Gaza sebagai bagian dari materi promosi.
Dalam video tersebut, ditampilkan pesawat nirawak Israel menyerang gedung di Gaza, disusul adegan kepulan asap — visual yang menggambarkan serangan militer nyata. Video ini kemudian digunakan untuk mempromosikan sistem persenjataan kepada delegasi dari puluhan negara di Eropa dan Asia.
Pameran tersebut — yang disebut “Pekan Teknologi Pertahanan Israel” — disponsori sebagian oleh pemerintah Israel (melalui Kementerian Pertahanan) bersama institusi lokal, dan menjadi ajang promosi intensif bagi produk-produk militer asal Israel.
⚠️ Apa yang Disoroti: Kritik atas Etika & Komersialisasi Konflik
Langkah ini memicu kecaman dari berbagai pihak. Banyak pengamat internasional dan organisasi HAM menilai penggunaan materi konflik — video serangan yang diduga menyebabkan kematian sipil dan kerusakan — sebagai bahan promosi senjata adalah tindakan yang sangat problematis dari segi moral dan etika.
Menurut liputan media asing, industri senjata Israel telah lama menjadikan konflik sebagai “laboratorium uji coba” — setiap perang menjadi ajang untuk “mengeksperimen” senjata, yang kemudian dipasarkan ke pasar global.
Penggunaan footage konflik sebagai bahan pemasaran juga dianggap sebagai bentuk normalisasi kekerasan: menyuguhkan penderitaan nyata sebagai daya jual.
📈 Realitas Industri: Ekspor Senjata Israel Meningkat
Meski kritik menguat, industri pertahanan Israel tetap mencatat lonjakan eksport senjata ke berbagai negara. Menurut data 2024, ekspor senjata Israel naik sekitar 13% dan mencapai angka tertinggi — sekitar US$ 14,8 miliar — dengan sebagian besar destinasi pembeli berada di Eropa.
Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun perang di Gaza dan tuduhan pelanggaran HAM terus mengemuka, permintaan global terhadap senjata asal Israel tidak menurun — bahkan meningkat. Banyak negara Eropa dan Asia tetap membeli sistem persenjataan tersebut.
Para pembelinya tampaknya terpengaruh oleh klaim bahwa senjata itu “teruji di medan perang nyata” — sehingga dianggap efektif dan bisa diandalkan. Strategi pemasaran ini eksploitasi konflik untuk keuntungan komersial.
🌍 Implikasi Global: Moral, Hukum, dan Dampak terhadap Publik
🧑⚖️ Isu Moral dan HAM
Penggunaan video konflik untuk memasarkan senjata melanggar norma-norma etika internasional. Konflik dan penderitaan warga sipil seharusnya bukan “produk” untuk dijual — terutama bila bukti menunjukkan kematian warga sipil, rusaknya rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur dasar.
Organisasi HAM internasional bahkan telah menyebut konflik Gaza sebagai potensi genosida dan kejahatan perang.
Dengan demikian, memanfaatkan footage itu sebagai alat pemasaran bisa dianggap mendukung atau memperparah situasi pelanggaran HAM.
🌐 Kredibilitas di Dunia Internasional & Sanksi
Beberapa negara Eropa — menyusul meningkatnya tekanan publik dan diplomatik — mulai mengkaji ulang atau menghentikan ekspor senjata ke Israel. Contohnya, ada negara yang menarik dukungan terhadap senjata yang bisa digunakan di Gaza.
Langkah pemasaran senjata melalui materi konflik bisa memperburuk reputasi Israel di mata dunia — dan memicu reaksi internasional, sanksi atau pembatasan terhadap industri pertahanannya.
⚠️ Dampak bagi Korban Konflik & Persepsi Publik
Bagi korban konflik — warga sipil di Gaza — tindakan komersialisasi ini bisa dianggap sebagai penghinaan terhadap penderitaan mereka. Visual trauma diubah menjadi alat jualan senjata.
Selain itu, publik global bisa semakin jenuh terhadap konflik: penayangan video perang sebagai materi promosi normalisasi kekerasan dan peperangan sebagai “produk.”
🧾 Respons & Kritik dari Komunitas Internasional
Sejumlah aktivis HAM dan pengamat menyuarakan penolakan keras atas praktik ini. Mereka mendesak agar komunitas internasional — termasuk pembeli senjata — memboikot produk dari negara yang memasarkan senjata dengan menggunakan penderitaan manusia sebagai alat promosi.
Ada juga desakan agar lembaga internasional mengkaji aspek legal: apakah pemasaran senjata berdasarkan footage konflik melanggar hukum humaniter internasional atau konvensi perang.
Beberapa negara telah meninjau ulang kebijakan ekspor senjata — menimbang reputasi, moral, dan kepatuhan terhadap hak asasi manusia sebelum menyetujui pembelian.
📝 Kesimpulan
Laporan bahwa Israel menggunakan video dari konflik di Gaza untuk mempromosikan senjata ke negara-negara Eropa dan Asia membuka wajah gelap industri senjata: konflik, kematian, kehancuran diwujudkan sebagai alat pemasaran. Praktik ini menimbulkan pertanyaan besar tentang etika, moralitas, dan tanggung jawab internasional.
Meskipun permintaan terhadap senjata Israel tetap tinggi, terutama dari Eropa, penggunaan materi konflik sebagai promosi harus dikritisi — tidak boleh dilegalkan sebagai “strategi marketing.” Senjata yang dijual dengan cara seperti ini membawa beban etik dan kemanusiaan yang serius.
Ke depan, penting bagi komunitas internasional, pembeli senjata, pembuat kebijakan, dan masyarakat global untuk menolak komersialisasi penderitaan — dan memastikan bahwa perdagangan senjata tidak dilakukan atas dasar kekerasan dan penderitaan manusia.

