Pria Ini Ditangkap karena Tinggalkan Pacarnya di Puncak Gunung Tertinggi Austria hingga Mati Membeku
Seorang pria Austria kini menghadapi tuduhan “pembunuhan karena kelalaian berat” (grossly negligent manslaughter) setelah dituding meninggalkan pacarnya sendirian di puncak tertinggi negeri itu, Großglockner — yang kemudian ditemukan membeku tewas.
Insiden tragis ini terjadi pada Januari 2025, ketika pasangan tersebut — sang pria, yang juga dianggap sebagai pemandu pendakian, dan wanita berusia 33 tahun — berusaha mencapai puncak 3.798 meter via jalur Stüdlgrat.
🔎 Kronologi: Dari Pendakian hingga Tragedi
- Pendakian dimulai pada malam hari, sudah melewati jadwal ideal. Menurut penyelidikan, keberangkatan terlambat sekitar 2 jam dibanding rencana.
- Saat berada pada jarak sekitar 50 meter di bawah puncak, sang wanita mengalami kelelahan, hipotermia, dan disorientasi — kondisi kritis untuk pendakian tinggi, terutama di musim dingin.
- Sang pria kemudian memutuskan turun sendirian untuk mencari bantuan, meninggalkan pacarnya dalam kondisi rapuh tanpa perlindungan memadai — tanpa selimut darurat, tanpa upaya mengevakuasi atau membawa ke lokasi aman.
- Rekaman webcam serta data dari ponsel dan sportwatch keduanya jadi bukti dalam penyidikan. Rekaman menunjukkan hanya lampu kepala sang pria yang menuruni gunung, sementara lampu wanita hilang, bersamaan dengan waktu ketika ia tak lagi terlihat.
- Panggilan darurat ke tim penyelamat baru dilakukan pukul 03.30 dini hari — jauh terlambat — dan meski heli sempat dikirim, kondisi angin dan suhu ekstrem membuat evakuasi tak memungkinkan pada saat itu.
- Pagi hari, tim SAR tiba di lokasi dan menemukan tubuh wanita itu — sudah tak bernyawa karena beku.
⚖️ Tuduhan & Status Hukum: Kelalaian Berat di Pegunungan
Jaksa penuntut umum di Innsbruck resmi menjerat pria tersebut dengan pasal “grossly negligent homicide” — pembunuhan karena kelalaian berat. Jika terbukti bersalah, ia bisa menghadapi hukuman hingga tiga tahun penjara.
Menurut jaksa, beberapa poin fatal dalam kasus ini:
- Korban adalah pendaki pemula, tak berpengalaman dengan pendakian gunung tinggi di musim dingin.
- Perlengkapan kurang memadai: korban mengenakan sepatu snowboard lunak (soft-boots) dan membawa splitboard — kondisi yang dinilai tidak cocok untuk medan Alpen bersalju, es, dan medan teknis.
- Kondisi cuaca ekstrem: angin kencang hingga 46 mph (sangat berbahaya), suhu di jalur diperkirakan mencapai sedingin –20 °C.
- Ketidaksiapan dan penundaan — mulai dari start terlambat, nol persiapan darurat, hingga penundaan panggilan bantuan — dianggap sebagai kelalaian serius oleh pihak berwenang.
Pengadilan regional dijadwalkan berlangsung pada 19 Februari 2026.
🌨️ Mengapa Kasus Ini Memicu Keprihatinan & Perhatian
Kasus ini menjadi sorotan — bukan cuma di Austria, tapi di komunitas pendaki internasional — karena beberapa alasan penting:
- Menunjukkan bahwa pengalaman saja tidak cukup: memandu pendakian ekstrem di musim dingin terhadap pendaki pemula tetap membawa risiko tinggi, dan harus disertai perlengkapan serta penilaian risiko ketat.
- Menekankan pentingnya kesiapsiagaan, komunikasi, serta keputusan tepat waktu — turn back (mundur) bila kondisi memburuk, tidak memaksakan mencapai puncak dengan mempertaruhkan keselamatan.
- Mengangkat tanggung jawab moral dan hukum bagi “leader” atau pasangan dalam pendakian: bukan sekadar pendamping, tetapi penanggung jawab keselamatan.
📌 Kesimpulan: Dari Ekspedisi ke Panggung Hukum — Pelajaran dari Tragedi Großglockner
Tragisnya kematian pendaki wanita di Großglockner — hanya sekitar 50 meter dari puncak — menjadi pengingat kejam bahwa gunung bukan tempat untuk mengambil resiko besar tanpa persiapan matang. Faktor cuaca ekstrem, perlengkapan tidak layak, dan keputusan menuruni pendaki sendirian di malam hari adalah kombinasi fatal.
Penuntutan terhadap kekasihnya menunjukkan bahwa tindakan kelalaian di alam bisa berujung restitusi hukum, bukan sekadar tragedi alam. Peristiwa ini harus jadi pembelajaran: keselamatan, perencanaan, dan tanggung jawab harus diutamakan — lebih dari sekadar ambisi puncak.

