Kesehatan

Kasus HIV-AIDS Meningkat, Pemkot Bogor Percepat Penyusunan Perwali Penanggulangan

Beritadunia – Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor terus memperkuat langkah penganggulangan HIV/AIDS seiring masih ditemukannya kasus baru setiap tahun.

Kepala Di (Kadinkes) Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno, menegaskan bahwa HIV masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat yang membutuhkan penanganan terpadu dari semua pemangku kepentingan.

Berdasarkan analisis situasi terbaru Dinas Kesehatan Kota Bogor, pada 2024 tercatat 411 kasus HIV baru dan 151 kasus AIDS.

Sementara itu, sepanjang Januari-September 2025, ditemukan 285 kasus HIV baru serta 108 kasus AIDS.

“Mayoritas kasus baru HIV pada 2025 terjadi pada kelompok usia produktif 25-49 tahun sebanyak 62 persen, diikuti kelompok remaja 15-19 tahun dengan 18 kasus. Dari sisi jenis kelamin, 82 persen kasus baru terjadi pada laki-laki, sedangkan perempuan menyumbang 18 persen,” ucapnya. 

dr. Retno menjelaskan, Kota Bogor memiliki jaringan layanan kesehatan yang cukup memadai, mulai dari layanan pemeriksaan dan konseling di seluruh puskesmas dan rumah sakit, hingga layanan pengobatan yang tersebar di puskesmas serta delapan RS rujukan.

Namun demikian, kata dia, peningkatan mobilitas warga dan dinamika sosial tetap menjadi faktor risiko yang harus diwaspadai.

“Pemerintah Kota Bogor bersama Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) juga terus memperkuat regulasi guna mengoptimalkan penanganan HIV/AIDS. Saat ini Kota Bogor memiliki Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penanggulangan HIV/AIDS,” jelasnya.

“Namun belum tersedianya Peraturan Wali Kota (Perwali) sebagai aturan pelaksana membuat implementasi perda belum maksimal. Oleh Karena itu, pemerintah tengah menyusun Perwali sebagai pedoman pelaksanaan program penanggulangan HIV/AIDS agar seluruh pemangku kepentingan memiliki acuan yang jelas dan terpadu,” sambungnya.

Ia melanjutkan, upaya pencegahan kini dilakukan secara lebih menyeluruh, mulai dari edukasi kelompok rentan, pemeriksaan HIV pada kelompok berisiko, perluasan akses tes dan pengobatan, hingga pemeriksaan Triple Eliminasi bagi seluruh ibu hamil.

“Meski berbagai program telah berjalan, sejumlah tantangan tetap menghadang, mulai dari rendahnya pengetahuan masyarakat, stigma terhadap Orang dengan HIV (ODHIV), hambatan psikologis, pemantauan ODHIV yang tinggal di luar daerah, hingga keterbatasan pendanaan.

dr. Retno juga mengajak masyarakat Kota Bogor untuk disiplin menjaga perilaku hidup sehat, menjauhi seks berisiko, serta melakukan tes HIV secara sukarela (VCT), khususnya bagi mereka yang aktif secara seksual.

Ia juga menekankan pentingnya dukungan emosional bagi ODHIV, serta komunikasi terbuka antara orang tua dan anak terkait kesehatan reproduksi.

“Harapannya dengan kolaborasi lintas sektor yang kuat, semakin banyak masyarakat yang memiliki pemahaman benar terkait HIV. Dari cara penularan, pencegahan hingga pentingnya tes rutin sehingga stigma dapat berkurang dan angka penularan HIV menurun,” tandasnya. (Fik)***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *