Stres yang Dihadapi Manusia Modern Setara seperti Berhadapan dengan Singa
Beritadunia.id – Sebuah studi dari para antropolog evolusi menunjukkan bahwa stres yang dialami banyak orang di era modern bisa disamakan dengan reaksi tubuh ketika menghadapi predator — seperti berhadapan dengan seekor singa. Kondisi ini dijelaskan oleh para ahli sebagai akibat ketidakselarasan antara biologi manusia dan tekanan kehidupan perkotaan modern.
Menurut artikel di laman kesehatan, stres kronis yang kian marak didorong oleh faktor-faktor sehari-hari di lingkungan modern: kotak masuk email yang menumpuk, kebisingan lalu lintas, tenggat pekerjaan, polusi, serta gaya hidup yang jauh dari alam.
Para antropolog — Colin Shaw dari University of Zurich dan Daniel Longman dari Loughborough University — menyebut bahwa tubuh manusia berevolusi untuk merespons stres akut singkat: misalnya saat menghadapi predator. Respons “fight or flight” akan aktif, lalu setelah bahaya berlalu tubuh punya waktu pemulihan.
Namun kini, tubuh manusia “digeretakkan” stres secara terus-menerus — tanpa titik aman seperti di masa lalu. Waspada setiap saat, tanpa jeda. Menurut para peneliti, ini memicu dampak serius bagi kesehatan fisik, mental, dan reproduksi.
Metafor “singa” bukan soal hewan sesungguhnya — melainkan mengacu pada cara tubuh merespons stres. Dahulu, bila manusia melihat predator, tubuh akan melepaskan hormon stres (adrenalin, kortisol) untuk melawan atau lari. Respons ini ekstrem tapi jangka pendek.
“Masalahnya,” kata para antropolog, “sekarang banyak pemicu stres — tetapi bukan predator nyata, melainkan email, deadline, polusi, kebisingan — yang muncul terus-menerus. Tubuh tetap bereaksi seolah ada bahaya besar, tanpa jeda pulih.”
Dampak jangka panjang dari “waspada terus-menerus” ini dapat sangat luas: penurunan fungsi kognitif, sistem kekebalan melemah, gangguan kesuburan, hingga potensi penyakit kronis.
Beberapa faktor utama yang memicu stres modern—menurut temuan dalam studi dan artikel kesehatan—antara lain:
- Lingkungan perkotaan yang padat & tercemar — polusi udara, kebisingan, serta paparan cahaya buatan.
- Tekanan pekerjaan dan aktivitas nonstop— email menumpuk, tenggat waktu, tuntutan kerja tinggi, sedangkan kemampuan tubuh untuk “off” jarang terjadi.
- Gaya hidup jauh dari alam — waktu bersama alam, kegiatan fisik, dan lingkungan alami makin berkurang; gantinya gaya hidup sedentari dan lingkungan urban.
- Faktor lingkungan modern lain — polusi, mikroplastik, paparan cahaya buatan, dan gaya hidup yang melelahkan secara mental dan fisik.
Karena itu, stres bukan hanya soal “tekanan berat sesaat,” melainkan kondisi kronis – akumulasi dari beragam “stressor” modern yang memaksa tubuh waspada terus-menerus.
Beban stres yang terus-menerus dapat merusak berbagai aspek kesehatan: fisik, mental, dan sosial. Berikut beberapa potensi dampaknya:
- Penurunan kesehatan fisik — stres kronis dapat memengaruhi jantung, sistem imun, serta memicu penyakit kronis.
- Gangguan fungsi kognitif dan mental — stres berkepanjangan bisa menyebabkan kelelahan mental, berkurangnya daya konsentrasi, gangguan suasana hati, kecemasan, dan depresi.
- Efek pada sistem biologis manusia — menurut studi evolusi, tubuh manusia saat ini diterpa kondisi yang biologi kita belum siap: potensi penurunan kebugaran, masalah kesuburan, dan kesehatan jangka panjang.
- Kualitas hidup menurun & potensi isolasi sosial — stres terus-menerus bisa mempengaruhi relasi sosial, produktivitas, dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dengan kata lain, stres bukan hanya sekadar rasa penat atau khawatir — tetapi kondisi serius yang, jika tidak ditangani, bisa mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup secara signifikan.
Mengingat besarnya dampak, penting untuk mengambil langkah sadar dalam mengelola stres. Berikut beberapa strategi yang disarankan para ahli dan peneliti:
- Luangkan waktu untuk berinteraksi dengan alam — keluar rumah, berjalan di taman, atau aktivitas di ruang terbuka bisa membantu menenangkan tubuh dan pikiran. Para peneliti menyarankan agar manusia punya “respiro” dari hiruk-pikuk perkotaan.
- Batasi paparan stresor: hindari terlalu banyak waktu di depan layar, kurangi konsumsi berita negatif, istirahatkan diri dari pekerjaan saat memungkinkan, dan hindari pola hidup yang membuat tubuh terus “siaga.”
- Bangun kebiasaan sehat: seperti olahraga rutin, tidur cukup, nutrisi baik, dan aktivitas relaksasi — ini bisa membantu tubuh dan pikiran pulih dari tekanan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup sehat membantu menurunkan dampak negatif stres.
- Sadari batas kemampuan diri: mengenali tanda stres, cemas, atau kelelahan, dan bila perlu cari bantuan profesional — berbicara dengan psikolog, konselor, atau orang terdekat. Karena stres kronis bisa berkembang menjadi masalah mental serius seperti kecemasan atau depresi.
Mengapa Temuan Ini Penting: Refleksi untuk Kehidupan Modern
Studi dan laporan ini mengingatkan bahwa meskipun manusia telah membuat kemajuan luar biasa dalam teknologi, infrastruktur, dan gaya hidup — itu tidak serta-merta menjamin kesehatan jiwa dan raga. Lingkungan modern, dengan semua kenyamanan dan kemajuan, bisa membawa konsekuensi serius bila kita lupa memperhatikan kebutuhan dasar manusia: kontak dengan alam, ketenangan, dan keseimbangan hidup.
Stres modern bukan wabah kecil — ia adalah tantangan besar bagi kesehatan masyarakat. Kesadaran dan tindakan kolektif (baik individu maupun komunitas) sangat diperlukan. Jika semua pihak — individu, keluarga, komunitas, hingga pembuat kebijakan — aktif mengatasi stres dengan cara sehat, dampak negatif dari “singa modern” ini bisa diminimalisir.
Stres yang dialami manusia modern, menurut penelitian terkini, bisa diibaratkan seperti tubuh yang terus-menerus waspada menghadapi predator — tanpa jeda untuk pulih. Paparan stresor sehari-hari: pekerjaan, polusi, kebisingan, tekanan sosial dan teknologi, menjadikan stres kronis sebagai ancaman nyata bagi kesehatan fisik dan mental.
Namun, bukan berarti kita tak punya harapan. Dengan memahami penyebab, dampak, dan strategi coping yang tepat — seperti kembali ke alam, gaya hidup sehat, manajemen stres, serta kesadaran diri — kita bisa memperkecil dampak negatifnya. Penting bagi kita untuk mengingat: kemajuan teknologi tidak boleh mengorbankan kesejahteraan manusia secara menyeluruh.
Semoga informasi ini membantu masyarakat lebih sadar akan risiko stres modern — dan bersama-sama mencari keseimbangan hidup di tengah kemajuan zaman.

