Putin Siap Bahas Rencana Perdamaian Ukraina — Awal Baru atau Taktik Baru?
Beritadunia.id – Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan bahwa Moskow bersedia membuka pembicaraan mengenai rencana perdamaian untuk mengakhiri perang dengan Ukraina — setidaknya, ia menilai proposal perdamaian yang digagas oleh Amerika Serikat (AS) sebagai sebuah “kerangka” yang layak dijadikan landasan diskusi. Pernyataan ini disampaikan tidak lama setelah munculnya laporan bahwa AS dan Ukraina telah menyusun ulang rancangan perdamaian mereka.
Namun Putin juga memperingatkan bahwa jika Kyiv menolak rencana itu — atau jika syarat Kremlin tidak dipenuhi — Rusia tetap siap melanjutkan kampanye militernya. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa posisi Moskow masih sangat keras, meskipun ada sinyal diplomasi.
Dari 28 Jadi 19 Poin: Apa Isi Rencana Damai AS-Ukraina?
Rencana perdamaian awalnya terdiri dari 28 poin yang disusun oleh pihak AS — sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan perang yang telah berlangsung sejak 2022. Dokumen itu disebut sebagai basis awal untuk mendekati kesepakatan jangka panjang.
Namun setelah negosiasi dengan Ukraina, rencana itu dikurangi menjadi 19 poin — sebagai bagian dari kompromi untuk lebih mendekati posisi Kyiv.
Meskipun demikian, versi baru tetap mencakup poin-poin sensitif seperti pembatasan militer Ukraina, status hubungan dengan aliansi militer, serta penataan ulang keamanan di Eropa — isu-isu yang selama ini menjadi garis merah bagi Ukraina.
Beberapa pihak meyakini bahwa dokumen awal 28 poin itu bahkan didasarkan pada “non-paper” dari Rusia sendiri. Artinya, sebagian tuntutan Kremlin — termasuk isu-isu teritorial — ikut mempengaruhi rancangan tersebut.
Sikap Ukraina — “Siap Diskusi, Tapi Tak Mau Korbankan Kedaulatan”
Sikap resmi pihak Ukraina, melalui Presiden Volodymyr Zelenskiy, adalah menerima kerangka perdamaian sebagai dasar diskusi, tetapi dengan catatan tegas bahwa kompromi pada isu kedaulatan dan integritas wilayah tidak dapat dinegosiasikan sembarangan.
Zelenskiy juga meminta agar keputusan final — terutama yang menyangkut keamanan dan masa depan negara — tidak dibuat di belakang punggung Ukraina, tetapi melibatkan Ukraina secara langsung bersama sekutu Eropa dan mitra internasional.
Dengan kata lain: Kyiv menginginkan jaminan bahwa perdamaian tidak akan berarti lepas tangan dari agresor. Prioritasnya tetap pada keamanan, kedaulatan, dan restitusi atas wilayah yang sempat direbut — bukan hanya “perdamaian dengan syarat syarat Rusia.”
Rusia: Terbuka Tapi Dalam Bingkai Ketat — “Gencatan Hanya Jika Ukraina Mundur”
Moskow memberi sinyal terbuka dengan menyambut proposal damai AS sebagai titik awal diskusi. Namun secara bersamaan, Kremlin menetapkan syarat keras: militer Ukraina harus mundur dari wilayah yang diklaim Rusia, dan Rusia hanya akan menghentikan operasi jika persyaratan itu terpenuhi.
Menurut pengumuman resmi dari juru bicara Kremlin, pembicaraan akan dimulai pekan depan di Moskow, setelah Rusia menerima versi “kerangka perdamaian” hasil pembicaraan AS–Ukraina di Jenewa.
Namun banyak analis skeptis: mereka menilai Rusia memanfaatkan proses diplomasi untuk memperkuat posisi militernya — sambil tetap menekan Ukraina agar menerima syarat yang berat.
Tantangan & Ketidakpastian: Mengapa Perdamaian Masih Sulit Dijamin
- Membedah “Potongan Awal” — dan Banyak Syarat
Rencana damai, meskipun sudah disederhanakan, masih mengandung klausul yang bagi banyak pihak Ukraina termasuk tidak bisa diterima (termasuk soal militer, aliansi, dan status wilayah). - Rusia Masih Memegang Keadilan Kontrak yang Kabur
Meskipun ada kesiapan berdiskusi, Kremlin menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima “rencana damai yang dipaksakan,” terutama jika tidak mengakomodasi tuntutan mereka. - Risiko Melanjutkan Serangan Militer
Jika negosiasi gagal — misalnya karena Ukraina menolak klausa yang mengorbankan kedaulatan — Rusia telah memperingatkan siap melanjutkan ofensif. - Kurangnya Kepercayaan & Legitimasi Pemerintah
Pemerintah Ukraina meminta agar keputusan besar melibatkan sekutu Eropa dan menghormati posisi bangsa Ukraina — tidak hanya jadi hasil kesepakatan beberapa pihak. - Kompleksitas Diplomasi & Mekanisme Internasional
Rencana awal disusun oleh AS, yang sebagian besar ide berasal dari dokumen Rusia; hal ini membuatnya kontroversial bahkan di kalangan sekutu Barat. Proses diplomasi internasional, realistis, tetap penuh tantangan.
Penutup: Peluang Damai — Tapi Jalan Masih Panjang dan Berbahaya
Deklarasi kesiapan dari Rusia, melalui Putin, memberikan secercah harapan bahwa perang panjang ini bisa memasuki babak diplomasi — tapi dengan catatan sangat serius. Nyatanya, syarat keras Rusia dan posisi Ukraina yang menolak kehilangan kedaulatan membuat prospek perdamaian jangka pendek tampak suram.
Di tengah perang yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan melelahkan banyak pihak, setiap wacana damai — apabila dirumuskan secara adil dan inklusif — bisa menjadi titik balik penting. Namun perdamaian yang sah dan bertahan lama hanya mungkin jika semua pihak menghormati hak dan keamanan Ukraina, serta jika komunitas internasional ikut memastikan kesepakatan itu benar-benar adil, bukan sekadar legitimasi klaim Rusia.
Sebagai pembaca di luar zona konflik, kita tetap perlu mengamati secara kritis perkembangan ini — dan berharap agar diplomasi, bukan senjata, benar-benar menjadi jalan keluar.

